BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Indonesia adalah
salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Minyak bumi dan gas
alam merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki nilai ekonomi yang
tinggi dan memberikan kontribusi yang sangat penting dalam kehidupan manusia
untuk mencapai kesejahteraan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
pengaruh perkembangan era globalisasi menuntut kemajuan dalam semua bidang
termasuk bidang teknologi. Teknologi yang canggih dan modern juga memiliki
peranan yang sangat penting untuk perkembangan suatu industri di masa yang akan
datang. Secara ilmiah semua industri tidak akan mampu untuk menghasilkan suatu
produk dengan kualitas tinggi dan terjamin tanpa didukung oleh peralatan yang
memadai, faktor alam yang baik, jenis dan cara pengoperasian peralatan, serta
faktor keahlian manusia (tenaga kerja).
1.2
Manfaat
dan Tujuan Magang Industri
Pelaksanaan Magang Industri ini
mempunyai banyak sekali manfaat dan tujuan, antara lain adalah :
·
Dapat
menambah wawasan tentang peralatan yang digunakan di PT. PTL-LTD BASE PT. NINDA
PRATAMA VRIESINDO BATAM, terutama tentang bagian – bagian dari penyambungan
pipe line oil and gas.
·
Sebagai
syarat untuk memenuhi mata kuliah kerja praktek di Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe.
·
Mempererat kerja sama
antara Perusahaan dengan Politeknik Negeri Lhokseumawe.
·
Menerapkan ilmu - ilmu
yang didapat dibangku perkuliahan yang berupa teori kedalam kerja sebenarnya.
·
Dapat lebih mengetahui
lagi proses pengolahan suatu industri serta cara kerja dilapangan.
·
Meningkatkan
pengetahuan tentang sejarah sebuah perusahaan atau industri serta dasar
pendirian suatu perusahaan.
Sedangkan tujuan utama dari Magang industri ini adalah
untuk memenuhi kurikulum atau persyaratan untuk proses pembelajaran semester 7
Jurusan Teknik Mesin, Porduksi Dan Perawatan Diploma IV di Politeknik Negeri
Lhokseumawe.
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
BAB III
PELAKSANAAN TUGAS
KHUSUS
3.1
Judul Tugas Khusus
Judul
tugas khusus yang penulis pilih untuk penyelesaian magang di PT. Ninda Pratama
Vriesindo adalah “PROSES
PENYAMBUNGAN PIPELINE CRA LINED DAN CRA CLAD Ø 18” API
570 DNV F101 DI PROJECT ICHTHYS
GAS
FIELD DEVELOPMENT BASE PT.NINDA PRATAMA VRIESINDO BATAM”.
3.2
Permasalahan Tugas Khusus
Teknologi yang digunakan dalam proses penyambungan
pipa adalah menggunakan proses pengelasan Auto GMAW
(vip)+AUTO-PGMAW+AUTO Gmaw.
Luasnya masalah peralatan yang
digunakan maka penulis hanya membahas mengenai proses pengelasan yang merupakan
alat penyambungan pipa oil and gas.
3.3 Tujuan
Tugas Khusus
Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk mengetahui parameter-parameter
yang diperlukan dalam proses penyambungan pipa oil and gas.
3.4 Waktu
dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus
Pelaksanaan magang industri dimulai sejak tanggal 01 November 2014 s/d
10 januari 2015 dan penulis mendapat penempatan 1 minngu dilapangan dan 2 bulan
di workshop 2 (Proses Penyambungan Pipa).
3.5 Metode
Magang Industri
Metode yang diterapkan dalam Magang Industri ini adalah dengan membagi
dalam beberapa tahap kegiatan. Adapun tahap kegiatan tersebut adalah:
1.
Orientasi
Orientasi ini bertujuan untuk
mengetahui atau mengenal tentang industri tersebut dan juga mempelajari
kegiatan - kegiatan di Departement maupun bagian - bagian yang dikunjungi.
2.
Observasi
yaitu dengan mengamati proses di lapangan
3.
Melihat Objek
Melihat objek ini ditunjukkan agar dapat mengetahui masalah apa saja yang mempengaruhi objek.
4.
Pengambilan Data
Pengambilan data dimaksudkan
untuk melengkapi Laporan Magang Industri yang merupakan tugas utama dalam
Magang Industri.
5.
Konsultasi dan Diskusi
Dari
konsultasi dan diskusi ini diharapkan adanya masukan - masukan yang sangat
berguna untuk menyelesaikan dan menyempurnakan Laporan Magang Industri ini.
BAB
IV
TEORI DASAR WELDING
(
ALAT PENYAMBUNGAN PIPA )
4.1
Pengertian Umum
Pengelasan
Pengelasan
merupakan penyambungan dua bahan atau lebih yang didasarkan pada
prinsip-prinsip proses difusi, sehingga terjadi penyatuan bagian bahan yang
disambung. Kelebihan sambungan las adalah konstruksi ringan, dapat menahan
kekuatan yang tinggi, mudah pelaksanaannya, serta cukup ekonomis. Namun
kelemahan yang paling utama adalah terjadinya perubahan struktur mikro bahan
yang dilas, sehingga terjadi perubahan sifat fisik maupun mekanis dari bahan
yang dilas.
Perkembangan
teknologi pengelasan logam memberikan kemudahan umat manusia dalam menjalankan
kehidupannya. Saat ini kemajuan ilmu pengethuan di bidang elektronik melalui
penelitian yang melihat karakteristik atom, mempunyai kontribusi yang sangat
besar terhadap penemuan material baru dan sekaligus bagaimanakah menyambungnya.
Jauh sebelumnya,
penyambungan logam dilakukan dengan memanasi dua buah logam dan menyatukannya
secara bersama. Logam yang menyatu tersebut dikenal dengan istilah fusion.
Las listrik merupakan salah satu yang menggunakan prinsip tersebut.
Pada zaman
sekarang pemanasan logam yang akan disambung berasal dari pembakaran gas atau
arus listrik. Beberapa gas dapat digunakan, tetapi yang sangat popular adalah
gas Acetylene yang lebih dikenal dengan gas Karbit. Selama pengelasan, gas Acetylene
dicampur dengan gas Oksigen murni. Kombinasi campuran gas tersebut memproduksi
panas yang paling tinggi diantara campuran gas lain.
Cara lain yang paling utama
digunakan untuk memanasi logam yang dilas adalah arus listrik. Arus listrik
dibangkitkan oleh generator dan dialirkan melalui kabel ke sebuah alat yang
menjepit elektroda diujungnya, yaitu suatu logam batangan yang dapat
menghantarkan listrik dengan baik. Ketika arus listrik dialirkan, elektroda
disentuhkan ke benda kerja dan kemudian ditarik ke belakang sedikit, arus
listrik tetap mengalir melalui celah sempit antara ujung elektroda dengan benda
kerja. Arus yang mengalir ini dinamakan busur (arc) yang dapat
mencairkan logam.
Terkadang dua logam
yang disambung dapat menyatu secara langsung, namun terkadang masih diperlukan
bahan tambahan lain agar deposit logam lasan terbentuk dengan baik, bahan
tersebut disebut bahan tambah (filler metal). Filler metal biasanya
berbentuk batangan, sehingga biasa dinamakan welding rod (Elektroda las).
Pada proses las, welding rod dibenamkan ke dalam cairan logam yang
tertampung dalam suatu cekungan yang disebut welding pool dan secara
bersama-sama membentuk deposit logam lasan, cara seperti ini dinamakan Las
Listrik atau SMAW (Shielded metal Arch welding),
4.2. Klasifikasi Proses Pengelasan
Sambungan las
adalah ikatan dua buah logam atau lebih yang terjadi karena adanya proses
difusi dari logam tersebut. Proses difusi dalam sambungan las dapat dilakukan
dengan kondisi padat maupun cair. Dalam terminologi las, kondisi padat disebut Solid
state welding (SSW) atau Presure welding dan kondisi cair disebut Liquid
state welding (LSW) atau Fusion welding.
Proses SSW
biasanya dilakukan dengan tekanan sehingga proses ini disebut juga Presure
welding Presure welding. Proses SSW memiliki beberapa kelebihan,
diantaranya adalah dapat menyambung dua buah material atau lebih yang tidak
sama, proses cepat, presisi, dan hampir tidak memiliki daerah terpengaruh panas
(heat affected zone / HAZ). Namun demikian SSW juga mempunyai kelemahan
yaitu persiapan sambungan dan prosesnya rumit, sehingga dibutuhkan ketelitian
sangat tinggi.
LSW merupakan
proses las yang sangat populer di kalangan masyarakat kita, sambungan las
terjadi karena adanya pencairan ujung kedua material yang disambung. Energi
panas yang digunakan untuk mencairkan material berasal dari busur listrik,
tahanan listrik, pembakaran gas, dan juga beberapa cara lain diantaranya adalah
sinar laser, sinar electron, dan busur plasma. Penyambungan material dengan
cara ini mempunyai persyaratan material harus sama, karena untuk mendapatkan
sambungan yang sempurna suhu material harus sama, jika tidak proses
penyambungan tidak akan terjadi. Kelebihan metode pengelasan ini adalah proses
dan persiapan sambungan tidak rumit, biaya murah, pelaksanaannya mudah. Kelemahannya
adalah memerlukan juru las yang terampil, terjadinya HAZ yang menyebabkan
perubahan sifat bahan, dan ada potensi kecelakaan dan terganggunya kesehatan
juru las.
Tabel dibawah
ini menunjukan berbagai macam proses las yang ditinjau dari kelompok SSW dan
LSW, disamping itu juga dilihat dari jenis sumber panas yang digunakan beserta
kode proses las berdasarkan standar ISO.
4.3. Reaksi Kimia Selama Proses Las
Dalam proses LSW
bagian dari logam yang dilas harus dipanasi sampai mencair. Pemanasan logam
dengan temperature yang sangat tinggi ini dapat megakibatkan terjadinya reaksi
kimia antara logam tersebut dengan Oksigen dan Nitrogen yang ada dalam udara.
Jika selama proses las cairan logam las (welding pool) tidak dilindungi
dari pengaruh udara, maka logam akan bereaksi dengan Oksigen dan Nitrogen
membentuk Oxides dan Nitrides yang dapat menyebabkan logam
tersebut menjadi getas dan keropos karena adanya kotoran (slag inclutions),
sedangkan kandungan unsur Karbon dalam logam
akan membentuk gas CO yang dapat mengakibatkan adanya rongga dalam logam las (caviety).
Reaksi kimia lainnyapun bisa
terjadi dalam cairan logam las (welding pool). Gas Hydrogen dan uap air
juga dapat menyebabkan cacat las (welding defect). Hydrogen yang
bereaksi dengan Oxides yang ada dalam logam dasar dapat menyebabkan
terjadinya uap yang mengakibatkan terjadnya porositas pada logam lasan.
4.4. Melindungi Cairan Logam Las dari
Pengaruh Udara Luar
Type energi panas yang
digunakan untuk pencairan logam dan teknik pelindungan cairan logam las sangat
berpengaruh terhadap perubahan komposisi kimawi dalam deposit logam lasan.
Ketika nyala oksidasi dalam las Karbit (Oxy-acetylene welding/OAW) akan
merubah besi menjadi Oxides sehingga deposit las keropos karena Oxides
tersebut tercampur di dalamnya. Untuk mengelas baja karbon akan lebih baik
bila digunakan nyala Netral. Pengelasan logam dengan OAW, cairan logam
dilindungi dari udara luar oleh reduksi gas hasil pembakaran gas Acetylene.
Dalam teknik pengelasan SMAW,
proses pelindungan logam lasan dilakukan dua tahap. Ketika logam las dalam
kondisi cair dilindungi oleh bermacam-macam gas hasil pembakaran elektroda las
dan ketika sedang membeku cairan ini dilindungi oleh lapisan terak yang
terbentu dari fluks yang membeku.
Pelindungan deposit logam
las dalam pengelasan Metal inert gas (MIG) dan Tungsten inert gas
(TIG), terjadi karena sifat inert gas yang tidak dapat mengikat
elemen lain dalam udara sehingga tidak akan terjadi reaksi kimia. Jika las MIG
menggunakan gas pelindung CO2, akan terjadi proses deoksidasi CO2 ketika
terbakar dengan busur listrik, gas ini terpecah menjadi Karbon monoksida (CO) dan
Oksigen (O2). Oksigen yang lepas tidak bersentuhan dengan logam lasan,
sedangkan deoxidisers bereaksi dengan Oksigen membentuk lapisan slag yang
sangat tipis di atas permukaan deposit logam lasan.
Dalam las OAW deposit logam
lasan dapat dilindungi dari oksidasi dan pengaruh reaksi kimia lainnya dengan
menggunakan Flux. Flux merupakan gabungan berbagai elemen yang
berfungsi meminimalkan terjadinya oksidasi. Komposisi kimia flux bervariasi
tergantung jenis logam yang akan dilas.
4.5. Perubahan Sifat Logam Setelah Proses
Las
Pencairan logam
saat pengelasan menyebabkan adanya perubahan fasa logam dari padat hingga
mencair. Ketika logam cair mulai membeku akibat pendinginan cepat, maka akan
terjadi perubahan struktur mikro dalam deposit logam las dan logam dasar yang
terkena pengaruh panas (Heat affected zone/HAZ). Struktur mikro dalam
logam lasan biasanya berbentuk columnar, sedangkan pada daerah HAZ terdapat
perubahan yang sangat bervariasi. Sebagai contoh, pengelasan baja karbon tinggi
sebelumnya berbentuk pearlite, maka seelah pengelasan struktur mikronya
tidak hanya pearlite, tetapi juga
terdapat bainite dan martensite. Perubahan ini mengakibatkan
perubahan pula sifat-sifat logam dari sebelumnya. Struktur mikro pearlite
memiliki sifat liat dan tidak keras, sebaliknya martensite mempunyai sifat
keras dang etas. Biasanya keretakan sambungan las bearsal dari struktur mikro
ini.
Gambar dibawah ini
mendeskripsikan distribusi temperatur pada logam dasar yang sangat bervariasi
telah menyebabkan berbagai macam perlakuan panas terhadap daerah HAZ logam
tersebut. Logam lasan mengalami pemanasan hingga termperatur 1500o C
dan daerah HAZ bervariasi mulai 200° C hingga 1100° C (lihat Gambar 3).
Temperatur 1500° C pada logam lasan menyebabkan pencairan dan ketika membeku
membentk struktur mikro columnar. Temperatur 200° C hingga 1100° C
menyebabkan perubahan struktur mikro pada logam dasar baik ukuran maupun
bentuknya.
No comments:
Post a Comment