DASAR TEORI FMECA
1.1
Failure
Mode, Effects and Criticality Analysis (FMECA)
FMECA
adalah suatu metode yang digunakna untuk mengukur dan menganalisa keamanan dari
suatu produk atau proses. Input dari FMECA adalah rencana, diagram,
probabilitas, dan frekuensi data berdasarkan data historis. Sedangkan outputnya
adalah daftarMost critical risk dan beberapa target dari mitigasi resiko.
FMECA merupakan alat yang digunakan
untuk pengelolaan resiko yang memiliki kualitas terhadap batas penerapan sistem
keamanan yang lengkap. Teknik ini menyediakan analisa resiko untuk perbandingan
satu komponen kegagalan terhadap penyebab kegagalan yang dapat dihindari.Resiko
adalah ukuran dari kombinasi konsekuensi modus kegagalan dan kemungkinan
kejadian kegagalan tersebut pada sistem. Hasil perhitungan resiko terbesar
menjadi prioritas kegagalan yang paling utama untuk direncanakan perbaikannya.
FMECA juga meningkatkan pengetahuan terhadap
sebuah sistem dan meningkatkan persedian kedalam perilaku yang diharapkan,
keluaran dari FMECA dilakukan pada waktu yang tepat yang berasal dari masukan
yang tidak ternilai untuk meningkatkan biaya program pemeliharaan preventive
yang efektif dan pekerjaan yang terfokus pada rencana pengendalian.
1.2
Tahap Tahap FMECA
FMECA dimulai dengan tahap konseptual dan
persiapan, desain ketika sistem tersebut dianalisa lebih dari suatu perspektif
fungsional. Untuk memaksimalkan efektivitas, bagaimanapun analisa perlu
meningkatkan setiap informasi tambahan yang tersedia untuk sebuah analisa, itu
juga mencerminkan semua perubahan desain dan dampaknya pada keseluruhan sistem.
Disamping itu dan sebagai tambahan, keuntungan atau manfaat semakin jelas
dengan FMECA, itu dapat membuat kontribusi yang penting terhadap studi
kelayakan sistem sepanjang tahap persiapan desain dan penggambaran masalah
fungsional.
Adapun langkah-langkah dalam
melaksanakan FMECA adalah sebagai berikut:
1.
Penggambaran kebutuhan sistem (produk/
proses), untuk beberapa produk atau proses itu sangat penting tidak hanya untuk
tujuan keinginan tetapi juga ketidakinginan terhadap hasil atau keluaran, apa
yang harus dipenuhi oleh produk/ proses, pada akhirnya kebutuhan tersebut akan
kembali meninggalkan jejak yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi dan kebutuhan
pelanggan, semua performansi dan faktor efektivitas dibutuhkan untuk memenuhi
tujuan tersebut.
2.
Pemenuhan analisis fungsional, ini
melibatkan pendefinisian sistem pada fungsi terminologi. Sistem fungsional
biasanya menggunakan simbol yang representatif seperti diagram alir fungsional.
Fungsi sistem representatif dilengkapi dengan kumpulan format data diagram alir
seperti N-Squared Chart, untuk
sedikit meningkatkan sistem dari setiap karakteristik/ prilaku.
3.
Pemenuhan alokasi kebutuhan, ini adalah
naik turunnya kerusakan sistem ukuran kebutuhan untuk beberapa kesatuan
fungsional (produk/ proses) dalam sistem hierarki fungsional. Ini sangat
penting untuk mengidentifikasikan pencapaian performansi, efektivitas, masukan
atau keluaran, keseluruhan keluaran, kecepatan dan faktor lain untuk masing-masing
blok fungsional.
Contoh diagram pareto dapat dilihat
pada gambar 2.1. berikut:
Gambar 2.1. Diagram Pareto
Sumber: Gaga Gandana, 2002
Diagram pareto
adalah suatu diagram berupa jenjang (tangga) yang mempunyai fungsi untuk
menentukan dan melihat perbedaan tingkat prioritas dari beraneka masalah yang
akan dipecahkan. Dengan memakai diagram pareto dapat terlihat masalah mana yang
dominan dan tentunya kita dapat mengetahui prioritas penyelesaian masalahnya,
yang menjadi kriteria dan pertimbangan dalam menentukan diagram pareto ini
adalah frekuensi kerusakan, ongkos perbaikan, total ongkos perawatan dan harga
komponen yang diganti
Adapun fungsi dari diagram pareto ini
adalah:
§
Menunjukkan masalah utama yang dominan.
§
Menyatakan perbandingan masing-masing
persoalan terhadap keseluruhan masalah.
§
Menunjukkan tingkat perbaikan setelah
tindakan perbaikan pada daerah yang terbatas.
§
Menunjukkan perbandingan masing-masing
persoalan sebelum dan sesudah perbaikan.
§
Memberikan informasi secara grafis,
dimana informasi itu akan lebih efisien dan efektif serta lebih mudah dipahami,
karena prioritas dari suatu permasalahan akan jelas.
§
Memudahkan penelitian serta melihat
pencapaiannya sebelum dan sesudah pelaksanaan penanggulangan.
4.
Mengidentifikasikan jenis kerusakan,
pada konteks analisis ini, jenis kerusakan mempunyai arti dimana sistem dari
sebuah elemen gagal untuk memenuhi fungsinya. Sebagai contoh; gagal membuka
atau menyalakan sebuah mesin.
Pendekatan umum pelaksanaan FMECA dapat
dilihat pada gambar 2.2. berikut:
Gambar 2.2. Pendekatan Umum Pelaksanaan FMECA
Sumber: Benjamin S. Blanchard , 1994
5.
Menentukan penyebab dari kerusakan,
analisis ini melibatkan seluruh proses atau produk yang dibutuhkan untuk
membatasi penyebab dari kerusakan pada umumnya. Kelompok pemenuhan melaksanakan
FMECA untuk memfasilitasi proses identifikasi dari kumpulan penyebab yang
potensial lainnya. Ketika pengalaman dengan sistem serupa memiliki keterbatasan
yang lebih untuk memenuhi langkah-langkah pada proses analisis, teknik seperti
diagram sebab dan akibat ishikawa juga dikenal dengan diagram tulang ikan, bisa
membuktikan efektivitas yang tinggi untuk menggambarkan penyebab potensial
untuk setiap kerusakan.
Contoh diagram sebab akibat dapat
dilihat pada gambar 2.3. berikut:
Gambar 2.3. Diagram Sebab Akibat
Sumber: Benjamin S. Blanchard, 1994
Adapun langkah-langkah dalam pembuatan
diagram sebab akibat adalah sebagai berikut:
b.
Menentukan masalah atau karakteristik
mutu yang akan dikendalikan dan diperbaiki pada tulang kepala ikan.
c.
Menuliskan karakteristik mutu pada sisi
kanan. Gambarkan tanda panah besar dari sisi kiri kesisi kanan.
d.
Menuliskan faktor-faktor utama dari
kerusakan yang akan diperbaiki pada cabang anak panah, misalkan; Manusia,
Mesin, Metode, Material dan Lingkungan
e.
Menuliskan sub faktor kerusakan secara
terperinci pada masing-masing cabang sehingga berbentuk ranting-ranting cabang.
6.
Menentukan efek dari kerusakan. Dampak
kegagalan sering terjadi dalam beberapa cara, efektivitas dan pencapaian tidak
hanya berhubungan dengan unsur fungsional, tapi juga keseluruhan sistem, ketika
melaksanakan FMECA sangat penting untuk mempertimbangkan efek kegagalan pada
level tinggi berikutnya, mengukur kesatuan fungsional bersamaan dengan dampak
pada keseluruhan sistem. Pada posisi lain, ketika menganalisa suatu proses,
sangat penting untuk menunjukkan kegagalan yang mempengaruhi sebuah proses.
7.
Menilai keburukan dari jenis kerusakan.
Pada konteks analisis ini berhubungan dengan efek atau akibat yang serius
terhadap jenis kerusakan pada umunya. Mengidentifikasi pendeteksi kerusakan
yang berarti, pada kontek ini, sebuah proses dengan orientasi FMECA, menunjuk
pada pengendalian aliran proses yang bisa mendeteksi terjadinya kegagalan atau
cacat. Bagaimanapun, ketika FMECA terfokus pada perancangan ini menunjukkan
pada eksistensi dari beberapa jenis perancangan, bantuan, ukuran, pembacaan
atau prosedur verifikasi yang akan mendeteksi hasil dari jenis kerusakan yang
potensial. Pada standar pengukuran MIL-STD-1629A. Tujuan dari pengklasifikasian
efek kerusakan dapat dibagi menjadi 4 jenis kerusakan, yaitu:
a.
Akibat Kecelakaan: Sebuah kerusakan
yang dapat mengakibatkan hilangnya sebuah kehidupan pribadi dan kerugian
terhadap suatu sistem yang lengkap.
b.
Kritis: Kerusakan yang berpotensial
menyebabkan kerugian yang serius dan sistem kerusakan yang signifikan dan
kehilangan dari sistem fungsional.
c.
Marginal: Kerusakan yang bisa menyebabkan
kerugian personil, sistem kerusakan dan degradasi sistem fungsional.
d.
Minor: Kerusakan yang tidak cukup menyebabkan kerugian secara
personil atau sistem, tetapi menghasilkan kebutuhan terhadap beberapa pemeliharaan
korektif.
Tabel 2.1. Tingkat Keburukan Jenis
Kerusakan, Frekuensi dan Deteksi Probabilitas
Sumber: Benjamin S. Blanchard , 1994
a. Efek Buruk
|
Tingkat
|
|
Minor/ Sangat rendah; Tidak Memberikan alasan bahwa
harapan terhadap alam sebagai pelengkap ini mempunyai banyak efek pada sistem
performansi. Pelanggan mungkin saja tidak menerima kegagalan.
|
1
2
|
|
Low/ Rendah; Tingkat keburukan rendah untuk penyebab kerusakan alam, hanya melalaikan
ganguan pelanggan. Pelanggan mungkin hanya sedikit melihat keburukan pada
sistem performansi.
|
3
4
|
|
Moderate/ Sedang; Penyebab kerusakan adalah ketidak puasan pelanggan. Pelanggan membuat
ketidak nyamanan/ gangguan terhadap kerusakan pelanggan akan melihat
keburukan pada sub-sistem performansi.
|
5
6
|
|
High/ Tinggi; Tinggi berarti ketidakpuasaan
pelanggan terhadap kerusakan seperti sistem yang tidak bisa dioperasikan,
bagaimana tidak, keamanan sistem dilanggar atau gagal memenuhi sesuatu sesuai
dengan peraturan pemerintah.
|
7
8
|
|
Very high/ Sangat tinggi; Tingkat keburukan ketika jenis kerusakan yang potensial mempengaruhi
keamanan fungsi sistem atau penyebab kegagalan memenuhi sesuatu sesuai
peraturan pemerintah
|
9
10
|
|
b. Frekuensi Kejadian Jenis Kegagalan
|
Tingkat
|
Probabilitas Kerusakan
|
Remote/ Sangat rendah; Kerusakan yang tidak disukai
|
1
|
<1 in 106
|
Low/ Rendah; Sedikit kerusakan yang relatif
|
2
3
|
1 in 20.000
1 in 4.000
|
Moderate/ Sedang; Kerusakan sesekali
|
4
5
6
|
1 in 1.000
1 in 400
1 in 80
|
High/ Tinggi; Kerusakan berulang
|
7
8
|
1 in 40
1 in 20
|
Very high/ Sangat tinggi; Kerusakan yang hampir tidak bisa diacuhkan/ dibiarkan
|
9
10
|
1 in 8
1 in 2
|
c. Deteksi Probabilitas
|
Tingkat
|
|
Very high/ Sangat tinggi; Perancangan verifikasi atau arus proses pengendalian hampir mendeteksi
jenis kerusakan yang potensial secara pasti
|
1
2
|
|
High/ Tinggi; DV atau PCs sekarang mempunyai kesempatan yang baik untuk mendeteksi
jenis kerusakan yang potensial
|
3
4
|
|
Moderate/ Sedang; DV atau PCs sekarang dapat mendeteksi jenis kerusakan yang potensial.
|
5
6
|
|
Low/ Rendah; DV atau PCs sekarang tidak menyukai/ memilih jenis kerusakan yang
potensial.
|
7
8
|
|
Very low; DV atau PCs sekarang mungkin tidak akan mendeteksi Jenis Kerusakan yang
Potensial.
|
9
|
|
Absolute certainty of nondetection;Kepastian bukan pendeteksi yang mutlak DV atau PCs sekarang tidak bisa
mendeteksi jenis kerusakan yang potensial.
|
10
|
8.
Menilai frekuensi dari jenis kerusakan,
ini memberikan fungsi atau komponen fisik dimana sebuah sistem yang sering
mengalami kerusakan. Langkah ini ditujukan pada frekuensi jenis kerusakan
secara individual. Pada dasarnya jumlah dari frekuensi untuk sebuah elemen sistem
harus sebanding dengan nilai kerusakannya. Standar Pengukuran MIL-STD 1629A,
ada dua tujuan pendekatan, pertama secara kualitatif dan kuantitatif, ini
bertujuan untuk menentukan frekuensi jenis kerusakan. pendekatan kualitatif
hanya merekomendasikan kerusakan yang spesifik. Tabel berikut menjelaskan
peringkat kualitatif terhadap kerusakan, jenis kerusakan FMECA, sebagai
performansi dimana sebuah industri otomotif meningkatkan peringkat frekuensi
jenis kerusakan pada skala 1-10.
Tabel 2.2. Tingkat Kualitatif
Probabilitas Kerusakan
Sumber: Benjamin S. Blanchard , 1994
Tingkat
|
Nama dan Penjelasan
|
A
|
Frequent/ sering; Probabilitas yang tinggi dari suatu kejadian masing-masing operasi
komponen. Probabilitas tinggi dapat berarti sebagai probabilitas jenis
kerusakan yang lebih besar dari 0,20 dari keseluruhan probabilitas kerusakan
komponen.
|
B
|
Reasonably; Probabilitas tingkat sedang dari
suatu kejadian masing-masing operasi, kemungkinan pada konteks ini berarti
probabilitas jenis kerusakan satu komponen lebih dari 0,10 tapi kurang dari
0,20 dari keseluruhan probabilitas kerusakan komponen.
|
C
|
Occasional; Probabilitas kejadian dari
masing-masing operasi komponen berarti probabilitas jenis kerusakan tunggal
lebih dari 0,01 dari keseluruhan probabilitas masing-masing jenis kerusakan.
|
D
|
Romote; Probabilitas yang tidak disukai dari
suatu kejadian masing-masing operasi komponen probabilitas ini berarti
probabilitas jenis kerusakan tunggal lebih dari 0,001 tapi lebih rendah dari
0,01 dari keseluruhan probabilitas dari kerusakan komponen.
|
E
|
Extremely unlikely/ sangat tidak disukai; Jenis kerusakan yang probabilitas kejadian terhadap masing-masing operasi
komponen. Sangat tidak disukai ini memiliki arti probabilitas kerusakan
tunggal kurang dari 0,001 dari keseluruhan probabilitas kerusakan komponen.
|
9.
Menilai probabilitas kerusakan yang
akan dideteksi, ini berhubungan dengan probabilitas dimana sebuah perancangan
dan prosedur verifikasi akan mendeteksi jenis kerusakan yang potensial pada
waktu yang sesuai pada sistem. Tingkat kerusakan kerusakan pada analisis ini
memiliki orientasi terhadap proses tertentu disuatu tempat yang akan mendeteksi
posisi dan mengelompokkan kerusakan sebelum dikirim dan diproses kembali hingga
berakhir dikonsumen.
10.
Menganalisa jenis kerusakan kritis,
objek pada langkah ini memperkuat informasi yang dihasilkan sampai sekarang.
Pada usaha untuk membuat sket pada aspek kritis lainnya pada perancangan sistem
kekritisan pada konteks analisis ini adalah fungsi dari frekuensi dari jenis
kerusakan, keburukan dan probabilitas yang akan dideteksi pada suatu waktu
untuk menghalangi dampak pada pengukuran sistem.
Pada sisi komersil dari spektrum
terutama pada industri otomotif, penggunaan dibuat dari suatu metrik jumlah
prioritas resiko atau RPN, yang dapat
dinyatakan sebagai berikut:
RPN = (Tingkat Keburukan) x (Tingkat Frekuensi) x (Tingkat
Probabilitas dan Tingkat Deteksi)
RPN berupaya merefleksikan jenis kerusakan kritis, pada dasarnya jenis
kerusakan dengan frekuensi tinggi dengan dampak yang signifikan dengan sistem
performansi dan sangat sulit untuk dideteksi karena memilki tingkat RPN yang sangat tinggi, karena itulah
disebut kekritisan tingkat tinggi. Berikut adalah contoh dari Proses FMECA dari
suatu KomponenKritis.
Tabel 2.3. Proses FMECA
Sumber: Benjamin S. Blanchard , 1994
Proses FMECA Dari Komponen-Komponen Kritis
|
||||||||||||
Nama Komponen
|
Jenis Kerusakan
yang Potensial
|
Penyebab Potensial
dari Kerusakan
|
Efek Potensial Kerusakan Terhadap Sebuah Proses
|
Efek Potensial Kerusakan
Terhadap Pelanggan
|
Pengendalian
|
Kejadian Jenis Kegagalan
|
Keburukan Terhadap Proses
|
Keburukan Terhadap Pelanggan
|
Deteksi Probabilitas
|
RPN
|
Alternatif Tindakan Pengendalian
|
Tanggapan
|
A
|
Aus
|
Gesekan
|
-
|
-
|
-
|
4
|
4
|
10
|
1
|
160
|
-
|
-
|
B
|
Aus
|
Pemakaian
|
-
|
-
|
-
|
3
|
4
|
10
|
1
|
120
|
-
|
-
|
No comments:
Post a Comment